Sabtu, 03 Oktober 2009

Beduk Pendowo Purworejo

Oleh: Mukhamad Zulfa*

Masjid merupakan tempat suci bagi umat Islam. Sebagai tempat melaksanakan shalat, i'tikaf, memecahkan masalah keagamaan dan acara keagamaan lainnya. Beduk sebagai penanda masuk waktu shalat maktubah dan hari raya menjadi salah satu ciri masjid yang ada di Indonesia. Walau ada kentongan di sebagian masjid. Beduk tetap menjadi favorit di berbagai tempat. Dan kadang beduk juga bersandingan dengan kentongan.

Masjid Istiqlal yang menjadi pusat perhatian masyarakat dikatakan sebagai beduk terbesar di Indonesia. Terbuat dari kayu jenis Meranti Merah dari Kalimantan Timur dengan usia pohonnya kurang lebih 300 tahun. Dengan jagrak atau penyangga beduk setinggi 380 cm, panjang 345 cm, lebar 340 cm, jenis kayu jati dan ukiran dari Jepara. Hal inilah yang menjadi salah satu keistimewaan yang dimiliki oleh beduk Istiqlal. Tak hanya itu ukuran garis tengah beduk bagian depan sebesar 200 cm dan belakang 1,71 cm. Bahan yang dipakai untuk menutupi beduk bagian depannya dibuat dari kulit sapi jantan bagian depan dan sapi betina di bagian belakangnya. Dengan panjang gelondongan sepanjang 3 m dan berat 2.300 kg.

Namun, yang hal yang patut menjadi kebanggaan lainnya adalah beduk Pendowo. merupakan beduk terbesar di dunia, terletak di masjid Darul Muttaqin Purworejo. Beduk ini dibuat pada tahun1834 Masehi atau sekitar tahun 1762 Jawa.

Konsep yang digunakan model lama, paku kayu yang mengukuhkan bagian depan berjumlah 120 buah dan bagian belakang 98 buah. Beduk yang telah berumur 175 tahun ini memiliki garis tengah depan 194 cm dengan keliling 601 cm dan bagian belakang 180 cm dengan keliling 564 cm dengan panjang beduk 292 cm hanya terpaut sedikit dengan beduk Istiqlal.

Bahan yang digunakan membuat beduk ini adalah satu buah gelondong pohon jati bercabang lima (pendowo) dari dukuh Pendowo desa Bragolan Purwodadi. Beduk ini hanya dipergunakan pada hari Jumat dan hari-hari besar saja. Untuk menjaga keawetan beduk yang berbahan kayu jati yang telah berusia kurang lebih tiga ratus tahun yang lalu.

Dan tak kalah menariknya adalah kulit beduk yang digunakan adalah kulit banteng ketika pertama kali dalam pembuatannya. Beduk ini juga dikenal dengan beduk Kyai Bagelen.

* (Penulis adalah keturunan Purworejo)

Categories:

0 komentar:

Posting Komentar